01886 2200229 4500001002100000005001500021035002000036245004400056100001200100250001000112300003700122260003200159082000800191084001500199084001500214020002200229650001000251008004100261520133000302990001201632990001201644INLIS00000000000182420250522105607 a0010-05250000341 aBANDUNG MENJELANG PAGI /cBRIAN KHRISNA1 aKHRISNA acet 1 aiv+300 hal :bilus ;c14 x 21e- aJakarta :bMediakita,c2024 a813 a813 KHR b1 a813 KHR b2 a978-979-794-811-5 4aFiksi250522 d f ind  aMenjelang pagi, Bandung berubah menjadi kota yang tak lagi sama. Malam terasa sangat panjang dan lebih mencekam dari kelam. Para bandit, pemadat, tukang judi, bocah geng motor, begundal grafiti, semuanya berkeliaran bak tikus-tikus ketika air got meluap. Di kota ini, Dipha adalah bocah berandalan yang mampu mengerjakan apa saja. Berjualan bacang di Asia Afrika, pelayan kafe di Braga, buruh angkut kertas di Pajagalan, ataupun buruh kain di Tamin. Apa pun ia lakukan untuk bertahan hidup. Kemampuannya untuk mengerjakan apa saja itu membawanya bertemu dengan seorang gadis misterius bernama Vinda yang ngotot minta dicarikan tempat tinggal dengan segala syarat yang tak masuk akal. Seperti dipermainkan oleh takdir, satu-satunya tempat yang tersedia adalah kontrakan petak yang terletak tepat di seberang kontrakan Dipha. Mau tidak mau, Vinda akhirnya menempati kontrakan itu. Vinda yang sangat mencintai Bandung begitu bertolak belakang dengan Dipha yang sudah mengenal betapa bobroknya kota itu ketika menjelang pagi. Asia Afrika, Braga, Dago, Kalipah Apo, Astana Anyar, Banceuy, Jalan ABC, dan seluruh jalan-jalan tikus di Kota Bandung menjadi saksi tumbuhnya perasaan di antara keduanya. Namun, sayangnya mereka berdua kerap lupa, bahwa sejatinya, oleh-oleh paling khas dari Kota Bandung adalah: patah hati. a25.0018 a25.0024